Memetik Inspirasi Moderat Dari Abdurrauf As Sinkili

Salah satu pemicu perpecahan di kalangan umat adalah terlalu mudah bagi satu kelompok mencap kafir kelompok yg berbeda (takfiri). Sikap yang merugikan Islam dan menyebab kemunduran dimulai dari Khawarij yang menghukum orang-orang yang terlibat dalam tahkim dan membunuh sahabat sekaligus keluarga nabi, Ali Ibn Abi Thalib. Sikap-sikap demikian rupanya berlanjut sepanjang sejarah Islam dan terbaru adalah gerakan ekstrimisme kelompok jihadi ISIS, Al Qaida, Jama’ah Islamiyah (JI) dan lain sebagainya. Walaupun demikian sikap takfiri terhadap yang berbeda juga pernah dilakukan oleh kelompok-kelompok mayoritas seperti Murji’ah, Muktazilah, Syiah dan Asyariyah. Intinya, ketika label kafir dengan mudah disematkan kepada yang berbeda, apakah disertai dengan pembunuhan atau tidak, adalah tindakan intoleran dan menimbulkan perpecahan.

Intoleran kemudian berkembang menjadi ekstrimisme bukan saja mereka yang membunuh muslim lain dengan tindakannya, tapi juga dengan lidahnya. Mudahnya lisan seorang muslim mencap dan menuduh kafir muslim yang lain walau tidak dibarengi dengan keinginan membunuh adalah berbahaya.

Abdurrauf Singkel atau Syekh Abd Ar Rauf Ibn Ali Al Fansuri As Singkili (1615-1693) menekankan perlunya bersikap moderat bagi umat Islam. Ia tidak hanya menjaga sikap moderat melalui fatwa dan karya tapi juga sikap dan penerimaan. Abdurrauf Singkel dikenal sebagai mufti dimasa kepemimpinan 4 ratu Aceh dimana ketika itu dan sampai hari ini kepemimpinan perempuan atas negara (kepemimpinan politik) masih menjadi perdebatan. Sampai Abdurrauf meninggal, kepemimpinan perempuan masih dapat dipertahankan.

Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tabih Al Masyi mengemukakan pemikiran yang humanis dan toleran. Ia mengatakan, “Peliharalah lisanmu dari mengupat dan mengkafirkan orang lain. Sesunggunya pada kedua perkara itu terdapat dosa yang teramat besar di sisi Allah. Jangan engkau mengutuk saudaramu sebab perkara demikian dapat menjerumuskan kamu ke dalam neraka. Dan jangan kamu memuji saudaramu secara berlebihan (atau karena hendak mengambil keuntungan darinya) karena pujian demikian sama dengan memenggal leher saudaramu sendiri dan prilaku demikian sangat dimurkai Tuhan.”

Dalam kitab yang sama dibegitu banyak bagian, Abdurrauf Singkel berkali-kali menekankan bahaya menuduh kafir kepada seorang muslim baik. Dalam kitab Daqaiq Al Huruf, ia misalnya menulis, “Barang siapa yang berkata kepada saudaranya ‘Hai kafir!’, maka ucapan itu akan jatuh ke salah satu diantara keduanya. Dan Barang siapa yang menuduh orang lain sebagai kafir dan fasik (dan tuduhan tersebut ternyata keliru) maka apa yang ia tuduhkan akan kembali kepadanya.”

Dengan demikian, Abdurrauf menekankan kehati-hatian yang dalam menyikapi perbedaan dan tidak mudah melabelkan kafir ataupun bid’ah pada perbedaan-perbedaan terlebih yang bersifat furu’iyah. Islam tegas menekankan bahwa perbedaan pendapat dikalangan muslim adalah rahmat yang sepatutnya disukuri. Dan bagi Abdurrauf, “Tidak patut bagi seorang muslim untuk menuduh kafir muslim”.

Penulis: Ramli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top